Text
Perang konvoi Sukabumi - Cianjur 1945 - 1946
Perang Konvoi yang berlangsung di front Jawa Barat, beberapa bulan setelah proklamasi, hanyalah satu dari peristiwa penting sejarah yang belum sepenuhnya terdokumentasi. Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jendral Sir Philip Chritison (Inggris) sebagai perwakilan Sekutu, memasuki Indonesia untuk menjalankan misi Internasional melucuti serta memulangkan balatentara Jepang, dan mengirimkan perbekalan serta memulangkan tawanan perang dan interniran atau Allied Prisoners of War and Internees (APWI). Misi yang seharusnya berjalan damai, sayangnya berubah menjadi medan perang baru bagi tentara Inggris. Perkembangan yang mencemaskan ini tidak terlepas dari peran Belanda yang mendompleng masuk di belakang Sekutu. Perang Konvoi yang terjadi di sepanjang jalan antara Bogor-Cianjur-Sukabumi-Bandung berlangsung dalam dua periode. Perang pertama terjadi pada 9-12 Desember 1945 dan berpusat di Bojong Kokosan. TK R bersama barisan laskar berhasil memukul konvoi Sekutu meski dengan persenjataan seadanya. Perang kedua terjadi pada 10-14 Maret 1946 dan puncaknya terjadi saat pengepungan terhadap tiga batalion Inggris di tengah kota Sukabumi. Aksi TRI bersama barisan laskar menjadi mimpi buruk bagi tentara Inggris. Bahkan para tentara Gurkha dari Nepal dan Batalyon Jats dan Patiala dari India yang sudah sangat terkenal sebagai mesin perang yang menakutkan dibuat tidak berdaya menghadapi gempuran pejuang Republik. Kekalahan ini meyakinkan Inggris dan Sekutu akan keberadaan TRI sebagai kesatuan tentara regular di bawah negara yang berdaulat. Peristiwa ini juga, bersama dengan perang âBandung Lautan Apiâ, memaksa Sekutu kembali memasuki meja perundingan dan akhirnya bersedia melibatkan pihak Indonesia dalam misi APWI. Lewat perundingan di Yogyakarta tanggal 2 April 1946, yang disebut âDjogjakarta Agreementâ, kemudian dibentuk suatu badan pelaksanaan yang dinamai POPDA (Panitia Oeroesan Pengangkoetan Djepang dan APWI), terdiri dari tenaga sejumlah instansi pemerintah yang terkait, dengan berintikan TRI untuk membantu misi Sekutu. Perang Konvoi adalah sebuah catatan prestasi penting bagi TRI, khususnya Resimen Sukabumi bersama barisan Hizbullah, Sabilillah, Pesindo, Banteng, Pemuda Proletar, KRIS, PRD, Laskar Merah dan laskar lainnya di bawah koordinasi komando Letkol Eddie Soekardi. Kemenangan ini menjadi bagian dari sejarah keberhasilan TKR/TRI sebagai tentara profesional Indonesia dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di kancah percaturan dunia Internasional. Keberasilan ini juga memaksa dunia internasional untuk mengakui keberadaan Negara Republik Indonesia yang berdaulat.
Tidak tersedia versi lain